Kamis, 12 November 2015

Tugas IBD 1

Tugas Ilmu Budaya Dasar

“Peranan Kebudayaan Wayang Kulit
sebagai Pembangunan Nasional”





Disusun oleh   :

Nama      : Dyah Ayu Septiningrum
NPM       : 12315084
Kelas       : 1TA07

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan Teknik sipil
Universitas Gunadarma

Tahun 2015


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya saya mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Peranan Kebudayaan Wayang Kulit sebagai Pebangunan Nasional” guna memenuhi tugas Ilmu budaya Dasar dengan tepat waktu.
Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada Bapak Emilianshah yang telah membantu dan membimbing saya dalam mengerjakan makalah ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang juga sudah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin saya berikan kepada pembaca dari hasil makalah ini, salah satunya untuk memperluas pengetahuan tentang Peranan Kebudayaan Wayang Kulit sebagai Pebangunan Nasional  yang tidak hanya berfungsi untuk mengembangkan budaya nasional tetapi juga ikut kedalam pembangunan nasional . Saya membuat makalah ini berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi.
Saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk  itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna menyempurnakannya makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat dan dapat membuka wawasan bagi saya khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.



Jakarta, 29 September 2015






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..iii

BAB I     PENDAHULUAN
A.    Latar belakang………………………………………………………………………1
B.     Rumusan masalah …………………………………………………………………..2
C.     Tujuan……………………………………………………………………………….2

BAB II   PEMBAHASAN
A.    Pengertian wayang kulit……………………………………………………………..3
B.     Nilai-nilai yang terkandung dalam pemetasan wayang kulit………………………..4
C.     Peranan wayang kulit sebagai pembanguan nasional……………………………….5
               
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan………………………………………………………………….............7
B.     Saran………………………………………………………………………………...7

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………..8




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Pada saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami krisis moral. Krisis moral diduga berawal dari semakin jauhnya bangsa Indonesia terhadap budayanya sendiri dan semakin banyak budaya asing yang kurang sesuai dengan budaya asli Indonesia. Masuknya budaya asing yang kurang sesuai akibat lemahnya karakter bangsa dan imbas kepada lemahnya daya saring terhadap budaya asing. Bahkan penerus bangsa sekarang lebih senang terhadap budaya asing daripada kebudayaan sendiri, hal ini terlihat dari gaya berpakainan dan tingkah laku.
Kebudayaa Jawa sebagai salah satu subkultur Kebudayaan Nasional Indonesia telah mengakar bertahun-tahun menjadi pandangan hidup dan sikap hidup orang Jawa. Sikap hidup masyarakat Jawa memiliki identitas dan karakter yang menonjol dilandasi dengan nasihat-nasihat nenek moyang sampai turun menurun dan hormat kepada sesama.
Pertunjukan wayang tidak hanya sebagai sarana pendidikan tetapi juga ada pesan moral dan agama yang terkandung dalam pementasannya. Zaman sekarang pertunjukan wayang kulit kurang diminati karena cara pengemasannya kurang menarik dan biasanya pementasan wayang kulit di lakukan pada malam hari hingga subuh. Akibat durasi yang terlalu lama membuat penonton merasa jenuh. Penggunaan bahasa Jawa yang kental menyebabkan beberapa orang tidak mengerti makna yang di sampaikan.
Oleh karena itu alangkah baiknya durasi penampilan, pengemasan pementasan dan bahasa yang digunakan di rubah tanpa merubah isi dan nilai-nilai ajaran di dalamnya. Seperti contoh pementasan di lakukan lebih awal sehingga banyak orang yang dapat menyaksikan. Durasi pertunjukan juga dapat di kurangi tapi tidak mengurasngi isi cerita dan nilai moral. Bahasa yang digunkan sebaiknya Bahasa Indonesia sehingga bukan hanya orang Jawa saja yang mengerti jalan ceritanya. Dengan demikian pertunjukan wayang dapat menjadi pesan moral dan agama yang menyenangkan.





B.     Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:

1.      Apa itu wayang kulit?

2.      Nilai-nilai apa saja yang terkadung dalam pementasan wayang kulit?

3.      Apa saja peranan wayang kulit terhadap pembangunan nasional?


C.     Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut :

1.      Untuk mengetahui apa itu wayang kulit

2.      Untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam pementasan wayang kulit

3.      Untuk mengetahui peranan wayang kulit terhadap pembangunan nasional















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perngertian Wayang Kulit
Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata ‘MaHyang’ yang artinya menuju kepada roh spiritualdewa, atauTuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna ‘bayangan’, hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi luralis dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh lura gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dantembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih lurali di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.
Selain itu Wayang sebagai seni pertunjukan tradisional sudah menjadi bagian dari identitas lural masyarakat Jawa. Mereka mengungkapkan, memantapkan, dan merealisasikan identitasnya di seni pertunjukan Wayang. Seni pertunjukan Wayang merupakan perekam lisan atau pengungkap narasi perkembangan budaya suatu bangsa. Sebagaimana perkembangan seni pertunjukan itu sendiri yang lahir dari perkembangan lural budaya sejak jaman kerajaan Hindu – Budha di tanah Jawa. Persentuhan lural itu menghasilkan kebudayaan berbentuk fisik. Seni pertunjukan itu salah satunya. Seni pertunjukan Wayang tidak luput dari proses pemaknaan lural.



Wayang sudah digunakan sebagai media pengungkap nilai-nilai. Sunan Kali Jaga menggunakan Wayang untuk menyebarkan agama Islam. Posisi strategis seni pertunjukan Wayang seperti yang dilakukan Sunan Kali Jaga berada pada pengisi kebudayaan yang berisi pengetahuan-pengetahuan bersifat luralismtive. Artinya, melalui kebudayaan, Wayang dapat menjadi faktor pendorong di dalam perubahan lural. Sekaligus, pembangunan identitas lural.
Oleh karena itu, identitas lural masyarakat Jawa dapat terungkap di dalam seni pertunjukan Wayang.

B.     Nilai-nilai yang terkandung dalam pementasan wayang kulit

1.      Nilai Pendidikan
Pendapat Para Ahli Kebudayaan Tentang Nilai Pendidikan Dalam Kebudayaan Wayang
-          Menurut Amir (1997), nilai-nilai yang terdapat dalam wayang, oleh sejarahnya yang teramat panjang, merangkum nilai-nilai yang berasal dari system etika purba, Hinduisme/Budhisme, Islam, aliran-aliran kepercayaan/kebathinan dan lain-lain. Ajaran wayang purwa banyak mempengaruhi cara berpikir dan perilaku masyarakat penggemarnya (Jawa).
-          Seorang pemerhati wayang di Yogyakarta, Tjipto Haribowo memandang kesenian wayang kulit dapat dipakai sebagai sebuah media pembelajaran hidup mulai dari sensitivitas, sensibilitas, etika, demokratisasi, atau bahkan pembelajaran bagaimana hidup dalam suasana luralism (Rahman, 2008).

2.      Nilai moral
Cerita dalam pertunjukan wayang kulit sejatinya menampilkan ajaran moral, di mana manusia hidup diharapkan dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.

3.      Nilai etika
Pesan nilai-nilai etika dalam wayang biasanya disampaikan secara tegas misalnya jangan membunuh, jangan berdusta, jangan berkhianat, tidak boleh marah, tidak boleh munafik, dan lain sebagainya.




Hal lain yang ditampilkan dalam pergelaran wayang adalah soal dilema atau pilihan. Manusia hidup ternyata selalu dihadapkan dengan pilihan. Tetapi apapun pilihannya manusia harus memilih, meski pilihan atau keputusan yang diambilnya tidak pernah sempurna. Hal ini menunjukan bahwa manusia secara psikologis dan filosofis selalu dihadapkan dengan problemanya yang tak pernah terpecahkan dengan sempurna. 
Kemudian manusia harus mampu berdiri di salah satu pihak, mau yang baik atau 
yang buruk misalnya; Jamadagni harus memilih membunuh istrinya atau membiarkan istrinya berdosa, Rama Parasu harus memilih membunuh Ibunya atau menentang perintah Ayahnya, Harjuna Sasra harus memilih meninggalkan tahtahnya atau mencari Nirwana, Wibisana harus memilih ikut angkara atau ikut kebenaran, dan Sri Rama harus memilih mengorbankan rakyatnya atau mengorbankan cintanya. Sesudah manusia berani menetapkan pilihannya maka barulah keputusan dan tindakan manusia itu berarti dan bermakna bagi kehidupannya. Tanpa pendirian yang tegas mengenai pilihan dasarnya maka sebenarnya manusia tidak menjalani kemanusiaannya atau eksistensinya. Jadi dengan demikian setiap tindakan manusia akan selalu didukung oleh sikap etis. Ia tidak akan dapat lari dan melepaskan tanggung jawab dari tindakan-tindakannya. Inilah salah satu ajaran wayang tentang bagaimana manusia harus bersikap.

C.     Peranan wayang kulit terhadap pembangunan nasional

Kesenian wayang kulit sebagai salah satu media rakyat tradisional memiliki peran yang cukup besar bagi perkembangan masyarakat. Di zama modern ini wayang kulit sebagai media komunikasi social sekaligus tradisional mampu memberikan konstribusi bagi perubahan masyarakat. Pada zaman Orde baru, pesan-pesan pemerintah dapat dengan mudah ditangkap oleh masyarakat karena media ini merupakan media yang efektif sejak zaman dulu.
Ditengah pembangunan yang digalakan oleh pemerintah orde baru zaman dulu, wayang kulit dipilih sebagai salah satu media yang mampu berbicara banyak. Progam-progam pemerintah tentang infromasi, pendidikan, komunikasi juga otonomi dapat berfungsi dengan seimbang karena dukungan partisipasi langsung masyarakat pedesaan. Sehingga target yang dicapai dapat terlaksana dengan optimal.
Pada saat ini wayang kulit tidak hanya di tampilkan di Indonesia saja, melainkan Perancis yang sedang menjadi lirikan para pengusaha Eropa untuk berbisnis sampai hebohnya pembelian pesawat Airbus dalam jumlah besar oleh sebuah perusahaan penerbangan Tanah Air di media massa Perancis. Penonton wayang kulit di Perancis tidak kalah atusias yang di bawakan oleh rombongan wayang kulit yang dipimpin oleh dalang terkemuka Purbo Asmoro.

Kedatangan rombongan wayang kulit itu dalam rangka ‘festival de l’imaginaire’. Di mana beberapa pertunjukan yang datang dari beberapa negara melakukan performasi mereka di Paris. Dari Indonesia, wayang kulitlah yang ditampilkan. Sejak hari pertama pertujukan sudah padat dengan para remaja , keluarga dan anak-anak. Mereka juga diperbolehkan untuk naik turun panggung, melihat dari dekat bagaimana dalang tersohor Purbo Asmoro, memainkan para tokoh wayang kulitnya dengan suara yang berubah-ubah. Beberapa penonton hadir karena pernah datang ke Indonesia dan pernah menyaksikan pertunjukan wayang kulit di Jawa.  Pada tahun 2005, Enthus Susmono terpilih menjadi dalang terbaik se-Indonesia dalam Festival Wayang 
Indonesia yang diselanggarakan di Taman Budaya Jawa Timur. Dan pada tahun 2008 dia mewakili Indonesia dalam event Festival Wayang Internasional di Denpasar, Bali. Ia adalah salah satu dalang yang mampu membawa pertunjukan wayang menjadi media komunikasi dan dakwah secara efektif.
Pertunjukan wayangnya kerap dijadikan sebagai ujung tombak untuk menyampaikan program-program pemerintah kepada masyarakat seperti: kampanye; anti-narkoba, anti-HIV/Aids,HAM, Global Warming, program KB, pemilu damai, dan lain-lain. Di samping itu dia juga aktif mendalang di beberapa pondok pesantren melalui media Wayang Wali Sanga. Kemahiran dan ‘kenakalannya’ mendesain wayang-wayang baru/kontemporer seperti wayang George Bush, Saddam Hussein, Osama bin Laden, Gunungan Tsunami Aceh, Gunungan Harry Potter, Batman, wayang alien, wayang tokoh-tokoh politik, dan lain-lain membuat pertunjukannya selalu segar, penuh daya kejut, dan mampu menembus beragam segmen masyarakat. Ribuan penonton selalu membanjiri saat ia mendalang. Keberaniannya melontarkan kritik terbuka dalam setiap pertunjukan wayangnya, memosisikan tontonan wayang bukan sekadar media hiburan, melainkan juga sebagai media alternatif untuk menyampaikan aspirasi masyarakat.
Pada saat ini penikmat wayang kulit tidak hanya warga Indonesia melainkan seluruh masyarakat yang ada di bumi, hal ini membuat pembangunan ekonomi, pendidikan dan moral bangsa semakin membaik, semua itu tidak lepas dari dukungan pemerintah agar kebudayaan wayang kulit tidak hilang akibat globalisasi.








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Wayang kulit merupakan kebudayaan dari leluhur yang memiliki banyak pesan dalam pementasannya. Kita sebagai penerus bangsa harus bangga dan ikut membudayakan Wayang Kulit. Dahulu wayang kulit digunakan untuk berdakwah menyampaikan pesan agama islam dan ikut membangun warga sekiar Jawa untuk memeluk agama islam. Tidak hanya itu wayang kulit juga ikut dalam pembangunan politik Negara, dengan mengkritik dan memberi pesan moral dalam pementasannya. Wayang Kulit juga ikut membangun pendidikan melalui watak-watak dalam setiap lakon yang di mainkan yang mengumpamakan manusia di bumi. 

B.     Saran
Kita sebagai penerus bangsa harus melestarikan dan ikut membudayakan kesenian wayang kulit yang secara tidak langsung ikut berperan dalam pembangunan nasional. Alangkah baiknya bila pementasan wayang kulit dilakukan sesering mungkin dan tidak harus dengan menuggu acara formal agar wayang kulit tidak hilang begitu saja.












DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar