Tugas
Ilmu Budaya Dasar
“Peranan
Kebudayaan Wayang Kulit
sebagai
Pembangunan Nasional”
Disusun oleh :
Nama : Dyah Ayu Septiningrum
NPM : 12315084
Kelas : 1TA07
Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan
Teknik sipil
Universitas Gunadarma
Tahun
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
saya mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Peranan Kebudayaan Wayang
Kulit sebagai Pebangunan Nasional” guna memenuhi tugas Ilmu budaya Dasar dengan
tepat waktu.
Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada Bapak
Emilianshah yang telah membantu dan membimbing saya dalam mengerjakan makalah
ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang juga sudah
membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin saya berikan kepada
pembaca dari hasil makalah ini, salah satunya untuk memperluas pengetahuan
tentang Peranan Kebudayaan Wayang Kulit sebagai Pebangunan Nasional yang tidak hanya berfungsi untuk mengembangkan
budaya nasional tetapi juga ikut kedalam pembangunan nasional . Saya membuat
makalah ini berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi.
Saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna
menyempurnakannya makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat
dan dapat membuka wawasan bagi saya khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta,
29 September 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang………………………………………………………………………1
B. Rumusan
masalah …………………………………………………………………..2
C. Tujuan……………………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
wayang kulit……………………………………………………………..3
B. Nilai-nilai
yang terkandung dalam pemetasan wayang kulit………………………..4
C. Peranan
wayang kulit sebagai pembanguan nasional……………………………….5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………….............7
B. Saran………………………………………………………………………………...7
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………..8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami
krisis moral. Krisis moral diduga berawal dari semakin jauhnya bangsa Indonesia
terhadap budayanya sendiri dan semakin banyak budaya asing yang kurang sesuai
dengan budaya asli Indonesia. Masuknya budaya asing yang kurang sesuai akibat
lemahnya karakter bangsa dan imbas kepada lemahnya daya saring terhadap budaya
asing. Bahkan penerus bangsa sekarang lebih senang terhadap budaya asing
daripada kebudayaan sendiri, hal ini terlihat dari gaya berpakainan dan tingkah
laku.
Kebudayaa Jawa sebagai salah satu subkultur
Kebudayaan Nasional Indonesia telah mengakar bertahun-tahun menjadi pandangan
hidup dan sikap hidup orang Jawa. Sikap hidup masyarakat Jawa memiliki
identitas dan karakter yang menonjol dilandasi dengan nasihat-nasihat nenek
moyang sampai turun menurun dan hormat kepada sesama.
Pertunjukan wayang tidak hanya sebagai sarana
pendidikan tetapi juga ada pesan moral dan agama yang terkandung dalam
pementasannya. Zaman sekarang pertunjukan wayang kulit kurang diminati karena
cara pengemasannya kurang menarik dan biasanya pementasan wayang kulit di
lakukan pada malam hari hingga subuh. Akibat durasi yang terlalu lama membuat
penonton merasa jenuh. Penggunaan bahasa Jawa yang kental menyebabkan beberapa
orang tidak mengerti makna yang di sampaikan.
Oleh karena itu alangkah baiknya durasi penampilan,
pengemasan pementasan dan bahasa yang digunakan di rubah tanpa merubah isi dan
nilai-nilai ajaran di dalamnya. Seperti contoh pementasan di lakukan lebih awal
sehingga banyak orang yang dapat menyaksikan. Durasi pertunjukan juga dapat di
kurangi tapi tidak mengurasngi isi cerita dan nilai moral. Bahasa yang digunkan
sebaiknya Bahasa Indonesia sehingga bukan hanya orang Jawa saja yang mengerti
jalan ceritanya. Dengan demikian pertunjukan wayang dapat menjadi pesan moral
dan agama yang menyenangkan.
B.
Rumusan
masalah
Adapun rumusan
masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa
itu wayang kulit?
2. Nilai-nilai
apa saja yang terkadung dalam pementasan wayang kulit?
3. Apa
saja peranan wayang kulit terhadap pembangunan nasional?
C.
Tujuan
Adapun tujuan
dari makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui apa itu wayang kulit
2. Untuk
mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam pementasan wayang kulit
3. Untuk
mengetahui peranan wayang kulit terhadap pembangunan nasional
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Perngertian Wayang Kulit
Wayang kulit adalah seni
tradisional Indonesia yang
terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata ‘MaHyang’
yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa,
atauTuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang
mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna ‘bayangan’, hal ini
disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau
hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi luralis
dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh lura gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dantembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di
balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain
putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang
berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke
kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon),
penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya
tampil di layar.
Pertunjukan
wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003,
sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan
warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of
Humanity ). Wayang kulit lebih lurali di Jawa bagian
tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.
Selain
itu Wayang sebagai seni pertunjukan tradisional sudah menjadi bagian dari
identitas lural masyarakat Jawa. Mereka mengungkapkan, memantapkan, dan
merealisasikan identitasnya di seni pertunjukan Wayang. Seni pertunjukan Wayang
merupakan perekam lisan atau pengungkap narasi perkembangan budaya suatu
bangsa. Sebagaimana perkembangan seni pertunjukan itu sendiri yang lahir dari
perkembangan lural budaya sejak jaman kerajaan Hindu – Budha di tanah Jawa.
Persentuhan lural itu menghasilkan kebudayaan berbentuk fisik. Seni pertunjukan
itu salah satunya. Seni pertunjukan Wayang tidak luput dari proses pemaknaan lural.
Wayang
sudah digunakan sebagai media pengungkap nilai-nilai. Sunan Kali Jaga
menggunakan Wayang untuk menyebarkan agama Islam. Posisi strategis seni
pertunjukan Wayang seperti yang dilakukan Sunan Kali Jaga berada pada pengisi kebudayaan
yang berisi pengetahuan-pengetahuan bersifat luralismtive. Artinya, melalui
kebudayaan, Wayang dapat menjadi faktor pendorong di dalam perubahan lural.
Sekaligus, pembangunan identitas lural.
Oleh
karena itu, identitas lural masyarakat Jawa dapat terungkap di dalam seni
pertunjukan Wayang.
B. Nilai-nilai yang terkandung dalam
pementasan wayang kulit
1. Nilai
Pendidikan
Pendapat Para Ahli Kebudayaan Tentang Nilai
Pendidikan Dalam Kebudayaan Wayang
-
Menurut Amir (1997), nilai-nilai yang
terdapat dalam wayang, oleh sejarahnya yang teramat panjang, merangkum
nilai-nilai yang berasal dari system etika purba, Hinduisme/Budhisme, Islam,
aliran-aliran kepercayaan/kebathinan dan lain-lain. Ajaran wayang purwa banyak
mempengaruhi cara berpikir dan perilaku masyarakat penggemarnya (Jawa).
-
Seorang pemerhati wayang di Yogyakarta,
Tjipto Haribowo memandang kesenian wayang kulit dapat dipakai sebagai sebuah
media pembelajaran hidup mulai dari sensitivitas, sensibilitas, etika,
demokratisasi, atau bahkan pembelajaran bagaimana hidup dalam suasana luralism
(Rahman, 2008).
2. Nilai
moral
Cerita
dalam pertunjukan wayang kulit sejatinya menampilkan ajaran moral, di mana manusia hidup
diharapkan dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.
3.
Nilai etika
Pesan
nilai-nilai etika dalam wayang biasanya disampaikan secara tegas misalnya
jangan membunuh, jangan berdusta, jangan berkhianat, tidak boleh marah,
tidak boleh munafik, dan lain sebagainya.
Hal lain yang ditampilkan dalam pergelaran wayang adalah soal
dilema atau pilihan. Manusia hidup ternyata selalu dihadapkan dengan pilihan.
Tetapi apapun pilihannya manusia harus memilih, meski pilihan atau keputusan
yang diambilnya tidak pernah sempurna. Hal ini menunjukan bahwa manusia secara psikologis
dan filosofis selalu dihadapkan dengan problemanya yang tak pernah terpecahkan dengan sempurna.
Kemudian manusia harus mampu berdiri di salah satu
pihak, mau yang baik atau
yang buruk misalnya;
Jamadagni harus memilih membunuh istrinya atau membiarkan istrinya
berdosa, Rama Parasu harus memilih membunuh Ibunya atau menentang perintah
Ayahnya, Harjuna Sasra harus memilih meninggalkan tahtahnya atau mencari
Nirwana, Wibisana harus memilih ikut angkara atau ikut kebenaran, dan Sri Rama harus
memilih mengorbankan rakyatnya atau mengorbankan cintanya. Sesudah manusia
berani menetapkan pilihannya maka barulah keputusan dan tindakan manusia itu
berarti dan bermakna bagi kehidupannya. Tanpa pendirian yang tegas
mengenai pilihan dasarnya maka sebenarnya manusia
tidak menjalani kemanusiaannya atau eksistensinya. Jadi dengan
demikian setiap tindakan manusia akan selalu didukung oleh sikap etis. Ia tidak
akan dapat lari dan melepaskan tanggung jawab dari tindakan-tindakannya. Inilah
salah satu ajaran wayang tentang bagaimana manusia harus bersikap.
C.
Peranan wayang kulit terhadap pembangunan
nasional
Kesenian wayang kulit sebagai salah
satu media rakyat tradisional memiliki peran yang cukup besar bagi perkembangan
masyarakat. Di zama modern ini wayang kulit sebagai media komunikasi social
sekaligus tradisional mampu memberikan konstribusi bagi perubahan masyarakat.
Pada zaman Orde baru, pesan-pesan pemerintah dapat dengan mudah ditangkap oleh
masyarakat karena media ini merupakan media yang efektif sejak zaman dulu.
Ditengah pembangunan yang digalakan
oleh pemerintah orde baru zaman dulu, wayang kulit dipilih sebagai salah satu
media yang mampu berbicara banyak. Progam-progam pemerintah tentang infromasi,
pendidikan, komunikasi juga otonomi dapat berfungsi dengan seimbang karena
dukungan partisipasi langsung masyarakat pedesaan. Sehingga target yang dicapai
dapat terlaksana dengan optimal.
Pada saat ini wayang kulit tidak
hanya di tampilkan di Indonesia saja, melainkan Perancis yang sedang menjadi
lirikan para pengusaha Eropa untuk berbisnis sampai hebohnya pembelian pesawat
Airbus dalam jumlah besar oleh sebuah perusahaan penerbangan Tanah Air di media
massa Perancis. Penonton wayang kulit di Perancis tidak kalah atusias yang di
bawakan oleh rombongan wayang kulit yang dipimpin oleh dalang terkemuka Purbo
Asmoro.
Kedatangan rombongan wayang kulit
itu dalam rangka ‘festival de l’imaginaire’. Di mana beberapa pertunjukan yang
datang dari beberapa negara melakukan performasi mereka di Paris. Dari
Indonesia, wayang kulitlah yang ditampilkan. Sejak hari pertama pertujukan
sudah padat dengan para remaja , keluarga dan anak-anak. Mereka juga
diperbolehkan untuk naik turun panggung, melihat dari dekat bagaimana dalang
tersohor Purbo Asmoro, memainkan para tokoh wayang kulitnya dengan suara yang
berubah-ubah. Beberapa penonton hadir karena pernah datang ke Indonesia dan
pernah menyaksikan pertunjukan wayang kulit di Jawa. Pada
tahun 2005, Enthus Susmono terpilih menjadi dalang terbaik se-Indonesia dalam Festival Wayang
Indonesia yang diselanggarakan di Taman Budaya Jawa
Timur. Dan pada tahun 2008 dia mewakili Indonesia dalam
event Festival Wayang Internasional di Denpasar, Bali.
Ia adalah salah satu dalang yang
mampu membawa pertunjukan wayang menjadi media komunikasi
dan dakwah secara
efektif.
Pertunjukan wayangnya kerap
dijadikan sebagai ujung tombak untuk menyampaikan program-program pemerintah
kepada masyarakat seperti: kampanye;
anti-narkoba,
anti-HIV/Aids,HAM, Global Warming,
program KB, pemilu damai, dan lain-lain. Di samping itu dia juga aktif
mendalang di beberapa pondok pesantren melalui media Wayang Wali Sanga. Kemahiran
dan ‘kenakalannya’ mendesain wayang-wayang baru/kontemporer seperti wayang George
Bush, Saddam
Hussein, Osama
bin Laden, Gunungan Tsunami Aceh,
Gunungan Harry
Potter, Batman, wayang alien,
wayang tokoh-tokoh politik, dan lain-lain membuat pertunjukannya selalu segar,
penuh daya kejut, dan mampu menembus beragam segmen masyarakat. Ribuan penonton
selalu membanjiri saat ia mendalang. Keberaniannya melontarkan kritik terbuka
dalam setiap pertunjukan wayangnya, memosisikan tontonan wayang bukan sekadar
media hiburan, melainkan juga sebagai media alternatif untuk menyampaikan
aspirasi masyarakat.
Pada saat ini penikmat wayang kulit tidak hanya
warga Indonesia melainkan seluruh masyarakat yang ada di bumi, hal ini membuat pembangunan
ekonomi, pendidikan dan moral bangsa semakin membaik, semua itu tidak lepas
dari dukungan pemerintah agar kebudayaan wayang kulit tidak hilang akibat
globalisasi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Wayang kulit merupakan kebudayaan
dari leluhur yang memiliki banyak pesan dalam pementasannya. Kita sebagai
penerus bangsa harus bangga dan ikut membudayakan Wayang Kulit. Dahulu wayang kulit
digunakan untuk berdakwah menyampaikan pesan agama islam dan ikut membangun
warga sekiar Jawa untuk memeluk agama islam. Tidak hanya itu wayang kulit juga
ikut dalam pembangunan politik Negara, dengan mengkritik dan memberi pesan
moral dalam pementasannya. Wayang Kulit juga ikut membangun pendidikan melalui
watak-watak dalam setiap lakon yang di mainkan yang mengumpamakan manusia di
bumi.
B.
Saran
Kita
sebagai penerus bangsa harus melestarikan dan ikut membudayakan kesenian wayang
kulit yang secara tidak langsung ikut berperan dalam pembangunan nasional.
Alangkah baiknya bila pementasan wayang kulit dilakukan sesering mungkin dan tidak
harus dengan menuggu acara formal agar wayang kulit tidak hilang begitu saja.
DAFTAR
PUSTAKA
Suryana, Yogi. http://bingkaimerah-indonesia.blogspot.co.id/2010/12/wayang-dan-identitas-sosial-masyarakat.html
Sagarianto. 2012. https://ekodariyanto.wordpress.com/2012/03/20/nilai-nilai-pendidikan-dalam-kebudayaan-wayang/
Kusmana Massabuau, Dini.
2013. http://travel.kompas.com/read/2013/03/30/09160054/Wayang.Kulit.Memukau.Masyarakat.Perancis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar