Jakarta di Mata Saya
nama : Dyah Ayu Septiningrum
kelas : 1TA07
npm :12315084
Apa
yang ada di kepala kalian begitu mendengar pertanyaan “ bagaimana keadaan kota
Jakarta” atau “ seperti apa kota Jakarta itu” , pastilah yang ada di benak
kalian adalah kemacetan, banjir, ketidaknyamanan/tidak merasa aman. Beginilah kota
Jakarta yang sebenarnya di balik gedung-gedung pencakar langit. Sesuatu yang
sudah sulit untuk di hindari, sulit pula untuk menyelesaikan solusi kemacetan,
banjir dan ketidaknyamanan/tidak merasa aman oleh pemerintah kota Jakarta. Kota
Jakarta memerlukan seorang pemimpin yang tegas, berani, dan bertanggung jawab
apabila ingin mempunyai kota Jakarta yang indah. Bukan berarti masyarakat hanya
memberikan semua tanggungjawab itu kepada pemerintah dan malah makin
menyusahkan pemerintah.
Hal
yang paling sering terjadi adalah melanggar aturan/ tata tertib, beribu alasan
akan keluar begitu saja dari pelaku yang melakukan itu. Seperti ada tulisan “Jangan buang sampah di sini” tetapi tulisan itu hanya
seperti papan hiasan yang tak berguna karena sampah di bawahnya tetap menumpuk.
Itu adalah bukti masih banyak masyarakat yang tidak mempedulikan lingkungannya
sendiri padahal bila turun hujan dan terjadi banjir merekalah yang akan terkena
imbas. Mereka terus melakukan hal sama padahal mereka di berikan akal, dimana
akal hanya dimiliki oleh manusia.
Budaya
malas di Jakarta sudah menjadi bibit tersendiri.
Dari sampah yang paling kecil seperti bungkus permen pun mereka malas
membuangnya ke tempat sampah dan beranggapan “ ah hanya sampah permen ini,
kecil ukurannya “ itu baru 1 orang yang mengatakan perkataan seperti itu.
apakah di Jakarta hanya 1 orang yang seperti itu saja yang tinggal di Jakarta?
Tentu saja tidak! kurang lebih 10 juta penduduk ada di Jakarta apabila ada 1000
orang yang melakuan hal seperti itu bayangkan berapa banyak sampah permen yang
akan menumpuk? Dan itu baru sampah permen! . Apabila ada pertanyaan, lalu
bagaimana ingin membuang sampah apabila tidak ada tempat sampah? Jawabannya
simpan sampah itu di dalam tas anda terlebih dahulu lalu buang di tempah sampah
bila ada tempat sampah, mudah bukan? Saya sering melakukan hal itu, aku merasa
sangat miris begitu melihat orang yang seenaknya melemparkan sampah ke
jalan/tempat yang memang jauh dari tempat sampah, pemerintah harus bekerja
lebih ekstra untuk menyiapkan tempat sampah di tiap-tiap sudut jalan.
Ini baru permasalahan sampah, belum lagi kemacetan yang
tidak pernah ada solusinya hingga saat ini, walau sudah banyak warga Jakarta
yang menggunakan kendaraan umum. Selain kemacetan kecelakan lalu lintas pun
sering terjadi akibat ketidak patuhannya si pengandara dan ada banyak
rambu-rambu lalu lintas yang terhalang pohon maupun rusak.
Dengan rusaknya rambu lalulintas dapat menyebabkan kemacetan
dan kecelakaan apabila tidak di urus.
Kendaraan
yang parkir di trotoar pun dapat membahayakan pengguna jalan, karena pengguna
jalan akan turun ke jalan raya yang ramai untuk berjalan karena trotoar di
gunakan untuk parkir liar. Banyak juga untuk menghindari kemacetan kendaraan
bermotor menggunakan trotoar yang juga sedang samai pejalan kaki, tidak sedikit
pejalan kaki yang tertabrak akibatnya. Bayak alasan jika di tanya kenapa
menggunakan trotoar ketika mengendarai motor, apabila dia menjawab “ saya
sedang terburu-buru”,” saya sudah telat” kalau terburu-buru/ telat dan sudah
tau Jakarta itu macet kenapa tidak jalan lebih pagi? Dan malah memilih pergi di
jam-jam macet? Kebiasaan datang tidak tepat waktu juga bisa menyebabkan
kecelakaan lalu lintas. Akhir-akhir ini ada seorang bapakdan kawan-kawannya
yang menggerakan suatu kampanye untuk orang-orang yang menerobos trotoar, lalu
beliau tidur di trotoar agar tidak ada yang bisa lewat, ada yang memuji juga
ada juga yang menggunjingnya.
Perbuatan
beliau dan kawan-kawannya sungguh mulia karena ingin mengingatkan hak pengguna
jalan bukan hanya yang berkendara tetapi pejalan kai juga berhak mendaptkan
keamanan/kenyamanan. Seharusnya pemerintah membuat trotoar yang tidak mungkin
bisa di lwati kendaraan dan di buat sesuai dengan kriterianya.
Tidak
ada salahnya jika kita sebagai masyarakat tidak hanya mendukung pemerintah
dengan suara tetapi juga bukti nyata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar